Pengikut

Minggu, 23 Juni 2013

MEDIA PEMBELAJARAN SD

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN - DIKLAT STANDAR ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK SMA

Dr Mustaji, M.Pd - Sebuah perencanaan media didasarkan atas kebutuhan (need), apakah kebutuhan itu?Salah satu indikator adanya kebutuhan karena di dalamnya terdapat kesenjangan (gap). Kesenjangan adalah adanya ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Jika yang kita inginkan siswa menguasai 1500 kosa kata bahasa Inggris, sedangkan siswa hanya menguasai 800 kata, maka terjadi kesenjangan 700 kata lagi. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pembelajaran bagaimana meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata sehingga sampai pada target 1500 kata.
Contoh lain misalnya pada Siswa SD, mereka diharapkan memiliki keterampilan dalam membaca, menulis dan berhitung. Ternyata dalam kenyataannya mereka baru dapat mambaca saja, sehingga kebutuhannya adalah bagaimana supaya mereka bisa menulis dan berhitung.Begitu halnya jika siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menjumlahkan, mengalikan dan membagi, namun ternyata mereka baru bisa menjumlahkan saja.Dengan demikian kebutuhnnya adalah meningkatkan kemampuan mengalikan dan membagi.Tidak hanya pada pengetahuan dan keterampilan, pada aspek sikap juga sering terjadi kesenjangan yang mendorong kebutuhan.Misalnya siswa SD diharapkan sudah berperilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi dua kali sehari, selalu berpakaian rapi dan tidak jajan sembarangan.Namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan, seyogyannya menjadi dasar dan pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. Misalnya dalam pembelajaran bahasa Inggris pada umumnya siswa merasa kesulitan untuk membuat kalimat dengan bahasa Inggris ditambah perasaan malu dan takut untuk berbicara. Guru yang kreatif dapat menciptakan sebuah media yang disebut kantung ajaib. Dalam kantung tersebut diisi dengan berbagai benda bisa apa saja, misalnya buah, sapu tangan, makanan, batu, tanah liat dan lain-lain. Juga disediakan tulisan yang dilipat yang isinya kata-kata tertentu.Dengan sebuah permainan masing-masing siswa dipersilahkan untuk mengambil tulisan dan dari tulisan itu dia harus mengembangkannya menjadi kalimat, begitu juga dengan benda-benda yang ada di kantung ajaib tersebut sebagai bahan untuk mengembangkan kalimat dalam bercerita dalam bahasa Inggris.
Kesesuaian media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan utama, sebab hampir tidak ada satu media yang dapat memenuhi semua tingkatan usia, dalam hal ini Barbara B. Seels (1994:98) mengatakan bahwa diperlukan Informasi tentang gaya belajar siswa atau learning style. Beberapa learning style yang dapat diidentifikasi dari siswa adalah (1) Tactile/Kinesthetic Para siswa memperoleh hasil belajar optimal apabila disibukan dengan suatu aktivitas. Mereka tidak ingin hanya membaca tetapi ikut terlibat langsung melakukan sendiri. (2) Visual/Perceptual. Para siswa memperoleh hasil belajar optimal dengan penglihatan. Demonstrasi dari papan tulis, diagram, grafik dan tabel adalah semua alat yang berharga untuk mereka Pelajar tipe visual selalu ingin melihat gambar, diagram, flow chart, time line, film, dan demonstrasi. (3) Auditory. Pelajar menyukai informasi dengan format bahasa lisan. Hasil belajar diiperoleh melalui mendengarkan ceramah kuliah dan mengambil bagian pada diskusi kelompok. (4) Aktif versus Reflektif Aktif: Pelajar cenderung untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik apa dengan melakukan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan atau menerapkannya dan menjelaskannya pada orang lain. (5) Reflektif :Pelajar suka memikirkan sesuatu dengan tenang "Mari kita fikirkan terlebih dulu" adalah tanggapan pelajar yang yang reflektif. (6) Seqwential Versus Global Seqwential : Pelajar menyukai untuk berproses step-by-step, terhadap suatu cara dan hasil akhir yang sempurna. (7) Global: Pelajar menyukai suatu ikhtisar atau " gambaran besar" dari apa yang mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan proses yang kompleks.
Kebutuhan akan media dapat didasarkan atas tuntutan kurikulum. Siswa kelas enam SD pada akhir tahun diharapkan memiliki sejumlah kemampuan, keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada awal tahun ajaran tentulah guru menghadapi kesenjangan untuk mencapai target kurikulum sehingga pada akhir tahun kemampuan itu sudah dapat dimiliki siswa.
Media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan percakapan dalam bahasa Inggris melalui kaset audio, hanya akan dapat mengikutinya jika siswa tersebut telah memiliki kemampuan awal berupa penguasaan kosa kata dan dapat menyusun kalimat sederhana. Jika kita tidak memperhatikan kemampuan tersebut ketika diberikan media tersebut siswa akan mengalami kesulitan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa program yang terlalu mudah akan membosankan bagi siswa dan sedikit sekali manfaatnya bagi siswa karena siswa tidak memperoleh tambahan kemampuan yang seharusnya. Sebaliknya program media yang terlalu sulit akan membuat siswa frustasi. Kemampuan dan keterampilan yang seharusnya dimilki oleh siswa tidak dapat terpenuhi dan terserap dengan baik, sehingga tidak terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Inilah yang harus dihindari dalam perancangan media pembelajaran.

SURAT MENYURAT

SURAT MENYURAT

1. Arti dan Fungsi Surat
Surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak lain. Informasi dalam surat dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan, dan sebagainya. Agar komunikasi melalui surat dinilai efektif, maka isi atau maksud surat harus terang dan jelas, serta tidak menimbulkan salah arti pada pihak penerima.
2. Tujuan Menulis Surat
Tujuan menulis surat secara garis besar diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Menyampaikan informasi kepada pembaca surat;
b. Mendapatkan tanggapan dari pembaca surat tentang isi surat;
c. Ingin mendapatkan tanggapan dan menyampaikan informasi kepada pembaca surat.
3. Korespondensi dan Koresponden
Korespondensi
Korespondensi searti dengan surat-menyurat. Korespondensi adalah suatu kegiatan atau hubungan yang dilakukan secara terus-menerus antara dua pihak yang dilakukan dengan saling berkiriman surat. Korespondensi dalam suatu kantor, instansi, atau organisasi dibagi menjadi dua, yakni:
1. Korespondensi Eksteren, yaitu hubungan surat-menyurat yang dilakukan oleh kantor atau bagian-bagiannya dengan pihak luar.
2. Korespondensi Interen, yaitu hubungan surat-menyurat yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu kantor, termasuk hubungan antara kantor pusat dengan kantor cabang.
Koresponden Koresponden adalah orang yang berhak atau mempunyai wewenang menandatangani surat, baik atas nama perorangan maupun kantor atau organisasi.
4. Fungsi Surat
Fungsi surat dalam suatu organisasi antara lain:
a. Surat sebagai media komunikasi.
b. Surat sebagai barometer.
c. Surat sebagai duta penulis.
d. Surat sebagai bukti tertulis.
e. Surat sebagai salah satu otak kegiatan suatu kantor

PUISI ANAK



APRESIASI PEMBELAJARAN SASTRA
(PUISI ANAK)
SEKOLAH DASAR KELAS V


A.    STANDAR KOMPETENSI
Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.

B.     KOMPETENSI DASAR
Membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat.

C.    TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi berikut ini, siswa diharapkan dapat membaca puisi dengan  lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat.

D.    MATERI PEMBELAJARAN
Disediakan 5 buah puisi anak
  1. Siswa
Siswa adalah harapan orang tua
Generasi penerus bangsa
Pelita di dalam gelap gulita
Indah bak pelangi di angkasa
Berjuang demi masa depan
Belajar menjadi yang terdepan
Menuntut ilmu setinggi langit
Tanpa terasa lelah dan sakit
Dengan tegap kami melangkah
Bagai bunga sedang merekah
Maju terus pantang menyerah
Menyambut esok yang makin cerah.
(Edo Pradipta,2002).
  1. Penggembala
Kawanan itik berlari riang 
Kau sabar ikuti dari belakang
Tak gentar panas dan hujan
Apalah arti segala rintangan
Pagi siang kau terus berjalan
Menggiring itik sampai ke seberang
Kau tinggalkan kampung halaman
Entah kapan kau akan pulang
Hari-hari kau tidur di jalanan
Kadang berhenti di sawah orang
Demi sesuap nasi kau makan
Tak kenal lelah tak kenal halangan
(R. Nirbaya, 2006).
  1. Taman Bunga
Bila kutatap engkau
Hatiku sangat senang
Rupamu cantik
Warnamu amat menarik
Oh…. Taman bungaku
Berserilah sepanjang waktu
Jangn pernah layu
Jangan lupa bersendu
Oh …. Angin dari segala penjuru
Jangan kau sapu taman bungaku
Biarkan taman bungaku
Menebar keindahan, menebar harum
(Karya Lin).
  1. Borobudur
Borobudur tercinta
Berdiri tegak mempesona
Kebanggaan Indonesia
Dikagumi seluruh dunia
Borobudur tercinta
Sebuah mahakarya
Buatan nenek moyang kita
Yang tiada duanya
(Triyo Adi, 2007).
  1. Kereta Api
Deru bunyi kereta api
Penguasa darat mulai berjalan
Pandangan terpaku padanya
Bagaikan emas di tengah tumpukan
Penguasa darat melaju kencang
Bagai petir membelah daratan
Asap hitam mengepul
Zaman telah berubah
Penguasa darat memakai listrik
Tiada lagi kepulan asap hitam
Rakyat bersorak gembira
(Tamaela, 2008).



E.     LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A.   Kegiatan Awal
1.      Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif
2.      Berdoa dan mengabsen
3.      Apersepsi
B.  Kegiatan Inti
1.      Guru membacakan salah satu contoh puisi
2.      Guru menjelaskan tentang pengertian puisi dan isinya
3.      Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang isi puisi yang telah dibacakan.
4.      Guru menugaskan siswa untuk memilih salah satu puisi yang ada untuk dibacakan di depan kelas
5.      Semua siswa secara bergiliran membacakan puisi di depan kelas
C.   Kegiatan Akhir
1.      Guru membuat kesimpulan dari kegiatan tadi.
2.      Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk nencari contoh  puisi dari buku/majalah.
F.     EVALUASI/PENILAIAN
Bentuk      : Performance
Jenis          : Perbuatan/lisan
Evaluasi     : Format Penilaian

Contoh Format Penilaian
NO
NAMA SISWA
ASPEK PENILAIAN
JUM. SKOR
NILAI
Lafal/ Intonasi
Ekspresi
1
2
3
1
2
3
1







n
Nx100%
6
2










Deskriptor :
·         Lafal / Intonasi
ü      Nilai 1 jika lafal/intonasi terdengar kurang jelas
ü      Nilai 2 jika lafal/intonasi terdengar jelas tapi kurang sesuai
ü      Nilai 3 jika lafal/intonasi terdengar sangat jelas dan sesuai

·         Ekspresi
ü      Nilai 1 jika mimik (ekspresi ) tidak sesuai dengan watak tokoh
ü      Nilai 2 jika mimik (ekspresi ) sebagian besar sesuai dengan watak tokoh
ü      Nilai 3 jika mimik (ekspresi ) sudah sesuai dengan watak tokoh

PETUALANGAN


PETUALANGAN
Pada bab Petualangan ini, kalian akan mempelajari beberapa pembahasan antara lain:
1.      Mendengar Cerita Rakyat
2.      Memberikan Saran
3.      Membaca Puisi
4.      Surat Undangan
5.      Pengetahuan Kebahasaan

1.      Mendengar Cerita Rakyat
Mendengarkan cerita tidak harus mendengarkan pembacaan cerita oleh guru di dalam kelas. Melainkan bisa dibacakan temanmu di mana saja atau diperdengarkan melalui kaset.
Simaklah baik-baik cerita rakyat yang akan kalian dengarkan. Tutup bukumu dan siapkan secarik kertas untuk mencatat hal-hal penting dalam cerita!

Putri Gisela
Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk disekitar itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya.
Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung. Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya.
Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dariistana. Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata,”Permisi, Nenek yang baik. Saya tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?” Gisela menjawab,”Oh,tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena ada yang mau berbicara padanya.
Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap sudah tua. Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab,”Aku Pangeran Jonathan. Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja
sedang mencari putrinya yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Penasihat kerajaan dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.”       
Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali. Tanpa disadarinya, ia bergumam,”Apakah benar warga negeri Anta menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Giseladan bertanya,”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri raja Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.”
Pangeran Jonathan berkata,”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri yang cantik, yang sangat cantik...!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu, tiba-tiba...keluar asap dari tubuh Gisela...dan Gisela berubah kembali menjadi Putri Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah  jika ada seorang pangeran yang menyebutnya cantik.
Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.

Bagaimana cerita putri Gisela di atas? Setelah kalian mendengarkan cerita putri Gisela di atas, kalian harus mampu:
1.      Menjawab pertanyaan dari bacaan.
2.       Menyebutkan tokoh, tema, latar, dan amanat dalam cerita.

Kalian tentu masih ingat apa yang di maksud dengan tokoh, tema, latar, dan amanat dalam sebuah cerita bukan?
  • Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
  • Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
  • Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
·         Amanat adalah pesan

2.      Memberikan Saran
Lautan dan Isinya
Dua pertiga dari bumi merupakan wilayah perairan. Lautan maupun daratan memiliki kesamaan kenampakan alam. Jika daerah daratan memiliki jurang, lembah dan gunung, lautan juga memiliki bagian-bagian tertentu,antara lain : daerah tembus cahaya, remang-remang dan gelap. Daerah tembus cahaya ini kedalamannya mulai dari 0-180 meter di bawah permukaan laut. Air masih hangat, tenang, dan bergerak. Sebagian besar tanaman dan hewan laut hidup di daerah ini. Ada lumba-lumba, ikan pari manta, dan ikan terbang. Selanjutnya, daerah remang-remang, mulai dari 180-990 meter. Di daerah ini, suhu bisa lebih rendah dari 5°C. Karena cahaya sangat kurang, ikan-ikan yang hidup di sini memiliki cahaya di tubuhnya, seperti ikan lampu kilat. Daerah berikutnya disebut daerah gelap. Daerah ini kedalamannya antara 990-5.940 meter. Tanaman dasar laut menutupi hampir semua dasar laut. Daerah yang terakhir adalah palung laut. Kedalaman lebih dari 5.940 meter. Tekanan air sangat tinggi, sangat dingin, makanan sangat sedikit dan gelap gulita.

Setelah kalian mendengarkan teks bacaan tentang lautan dan isinya, kalian di harapkan mampu untuk:
1. Mengemukakan pokok-pokok persoalan.
2. Memberikan pendapat, saran, dan alas an
·         Pendapat adalah buah pemikiran atau perkiraan tentang suatu hal
·         Saran adalah pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yg dikemukakan untuk dipertimbangkan
·         Alas an adalah dasar bukti (keterangan) yg dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dsb)

3.      Membaca Puisi
Sebelum membawakan puisi di depan umum, baca dalam hati lebih dulu. Kemudian coba lafalkan dengan intonasi dan jeda yang benar, lalu hayati isinya. Supaya puisi yang kamu bawakan bisa dipahami orang yang menyimaknya, perubahan raut mukamu harus terlihat jelas saat menampakkan rasa haru, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
Hal inilah yang dinamakan ekspresi. Jika perlu, cobalah bawakan puisi di
depan cermin. Nah, setelah kamu yakin dengan penampilanmu, silahkan membawakan puisi kamu di depan umum!
      Agar kalian lebih memahami tenteng bagaimana teknik pembacaan puisi yang tepat, coba perhatikan puisi yang akan kalian dengarkan ini!

CERITA


MENDENGARKAN CERITA
A.   Mendengarkan
1.     Cerita
Cerita adalah susunan dari beberapa kalimat yang mengisahkan atau menjelaskan
sesuatu. Cerita ada dua macam yakni, cerita fiksi dan cerita nonfiksi.
a.    Cerita fiksi : Cerita yang isinya berdasarkan imajinasi atau khayalan pengarang.
Contoh : Abu Nawas, Si Kancil dan Aladin.
b.     Cerita nonfiksi : Cerita yang isinya berdasarkan kejadian nyata.
Contoh : Sejarah, laporan penelitian dan karangan ilmiah.
2.      Memahami Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat atau lebih. Contoh:
Dian anak orang kaya tetapi bodoh.
Kalimat di atas terdiri atas dua kalimat, yakni:
- Dian anak orang kaya
- Dian anak yang bodoh
Kedua kalimat di atas digabung dengan kata tetapi, membentuk kalimat majemuk setara.
2.   Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah suatu cerita yang berkembang di masyarakat dan diwariskan
secara turun temurun melalui lisan. Cerita rakyat juga merupakan cerita yang dikaitkan
dengan keadaan atau bukti-bukti peninggalan.Beberapa contoh cerita rakyat yang
berkembang di Indonesia adalah:
a. Malin Kundang
b. Ande-ande Lumut
c. Bawang Merah – Bawang Putih
d. Wayang Beber
a.  Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema selalu berkaitan dengan
berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, religius dan
sebagainya. Dalam hal tersebut, tema sering diartikan sebagai ide atau tujuan utama.
b.  Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dari sebuah karya
sastra. Adakalanya amanat berupa pesan moral.

B. Berbicara
1.   Kritik
Kritik adalah komentar, tanggapan atau kecaman. Aspek yang dikritik, meliputi tiga hal, yaitu:
a. Kebenaran isi suatu informasi.
b. Penggunaan bahasa.
c. Cara penyajian atau struktur diskusi.
2.   Teknik Menyampaikan Kritik dalam Disku
Teknik menyampaikan kritik yang baik adalah:
a. Jika berdiskusi, perhatikanlah dengan baik.
b. Catatlah pokok-pokok yang penting.
3.   Menyampaikan Kritik dalam Diskusi
Dalam menyampaikan kritikan, kamu harus menggunakan bahasa yang sopan. Hal ini dilakukan agar tidak menyinggung perasaan orang       yang dikritik.
Contoh:
“Maaf, saya kurang setuju dengan pendapatmu. Sebaiknya, barang yang rusak
kita simpan di gudang.”
Atau,
“Maaf, bukankah jadwal piket kelas seharusnya sudah ditempel, tapi mengapa
sampai sekarang belum ditempel?”
4.  Persoalan
Dalam kehidupan, pasti kamu pernah mendapatkan persoalan. Baik persoalan
atau masalah dengan teman, sekolah maupun masalah kesehatan. Persoalan atau
masalah adalah pembahasan, pendekatan atau perbincangan mengenai suatu hal,
perkara atau masalah.
Agar semua persoalan yang kamu hadapi dapat cepat diselesaikan, kamu harus
menghadapinya dengan tenang. Bila kamu tidak bisa menanganinya sendiri, kamu harus
meminta bantuan orang tuamu, kakak atau sahabat baikmu. Dengan demikian, kamu
tidak perlu takut lagi untuk menghadapi semua persoalan yang ada.
5.   Saran
Ketika kamu mempunyai suatu persoalan, kamu membutuhkan saran dari orang
terdekat, atau orang yang berkompeten menyangkut persoalan yang kamu hadapi.
Saran diberikan sebagai solusi dari persoalan yang dihadapi. Memberikan saran harus
dengan bahasa yang santun, tidak menyinggung perasaan, serta pemilihan diksi yang
tepat.

C.   Membaca
1.   Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna.
Karya sastra yang singkat, padat, dan menggunakan bahasa yang indah.Singkat karena
diungkapkan tidak panjang lebar seperti prosa. Padat, maksudnya puisi digarap dengan
pilihan kata yang mengandung kekuatan rasa dan makna. Yakni dengan memilih kata
yang mempunyai majas, lambang, rima, sajak dan ungkapan yang menarik. Jadi, puisi
berbeda dengan bahasa keseharian.
2.   Unsur-unsur Puisi
Unsur-unsur puisi antara lain:
1. Tema, yaitu pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair. Tema ini tersirat
dalam keseluruhan isi puisi.
2. Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terkandung di dalam
puisi.
3. Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacaannya. Nada berkaitan erat dengan
tema dan rasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap merayu, mengadu,
mengkritik, dan sebagainya.
4. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi itu.
Jenis-jenis Puisi :
a Jenis-jenis puisi berdasarkan bentuknya:
1. Puisi yang terkait aturan-aturan bait dan baris. Antara lain: pantun, syair, dan
soneta. Dikenal juga puisi yang berbentuk distikon, terzina, kuatren, kuint, sektet,
septima, dan oktaf.
2. Puisi bebas yaitu puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan bait, baris, maupun
rima. Contoh: puisi karangan Chairil Anwar, Taufik Ismail, W.S. Rendra.
b. Jenis puisi berdasarkan zamannya:
1. Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang merupakan peninggalan sastra melayu lama. Puisi
lama terdiri atas puisi asli dan puisi pengaruh asing. Contoh puisi asli masyarakat
melayu adalah pantun dan contoh puisi asing pengaruh bahasa Arab adalah
syair. Yang termasuk puisi lama adalah:
a) Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra lama yang berbentuk
puisi. Sebagaimana bentuk puisi lainnya, pantun mementingkan
keindahan bahasa, pemadatan makna kata, serta bentuk penulisannya
yang berbait-bait.
Ciri-ciri pantun:
1) Satu bait terdiri atas empat baris;
2) Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga
dan keempat merupakan isi;
3) Setiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata;
4) Rima akhir berpola a-b-a-b.
b) Syair , Syair termasuk dalam jenis puisi lama.Hampir sama dengan pantun, syair
terikat akan aturan-aturan baku.
c) Mantra, yaitu puisi yang mengandung kekuatan gaib.
d) Talibun, yaitu pantun yang tediri atas 6, 8 atau 10 baris.
e) Karmina (pantun kiat), yaitu pantun yang hanya terdiri atas 2 baris.
2. Puisi baru
Puisi baru adalah puisi yang lahir pada tahun dua puluhan. Menurut bentuknya
puisi baru terdiri atas:
a) Distikon, sajak dua seuntai.
b) Terzina, sajak tiga seuntai.
c) Kuatren, sajak empat seuntai.
d) Kuint, sajak lima seuntai.
e) Sektet, sajak enam seuntai.
f) Septima, sajak tujuh seuntai.
g) Stanza, sajak delapan seuntai.
h) Soneta, sajak empat belas seuntai. Soneta adalah bentuk puisi yang berasal
dari Italia. Masuknya soneta ke Indonesia dimulai sekitar zaman angkatan
pujangga baru. Pelopor soneta adalah Moh. Yamin dan Rustam Effendi.

MENDENGAR


Siapa yang Mendengar?

Empatbelas: Siapa yang Mendengar?

Sangat luar biasa melihat pasangan muda jatuh cinta. Mereka tidak sulit saling berkomunikasi, bicara dengan semangat dan meluap-luap selama berjam-jam. Ada saatnya kita melihat keduanya bicara dan kita bertanya siapa yang mendengar. Kenyataannya, mereka berdua saling mendengar. Mereka seperti komunikator ulung yang memiliki kemampuan yang jarang dalam bicara dan mendengar pada saat yang sama.
Kemudian mereka menikah dan sesuatu berubah. Mereka mulai merasa sudah mendengar hampir semua hal menarik yang akan dikatakan pasangannya, atau mereka sudah tahu sebagian besar yang harus diketahui. Dan sejujurnya, mereka tidak yakin apakah mereka senang dengan apa yang dikatakan pasangannya. Jadi mendengar tidak lagi mudah, menarik atau sepenting sebelumnya. Itu tidak datang secara ototmatis seperti dulu. Sekarang itu seperti pekerjaan. Butuh waktu dan tenaga yang mereka tidak ingin berikan. Itu merupakan seni yang harus dibangun dan dikembangkan. Mereka mulai kehilangan motivasi dan cenderung mendengar diri sendiri. Dan sekali lagi kita bertanya siapa yang mendengar.
Saat ceritanya berlanjut, ada saat dimana yang pria bicara dan wanita mendengar. Dibulan madu, wanita bicara dan pria mendengar. Dan sekarang mereka tinggal dalam rumah sendiri, keduanya bicara dan tetangga yang dengar. Dan jika mereka tidak berteriak cukup keras sehingga tetangga bisa dengar, mungkin tidak ada yang mendengar.
Masalahnya tidak hanya terjadi diperkawinan. Kegagalan kita untuk mendengar dalam hidup merupakan penghalang paling serius dalam hubungan antar pribadi kita. Kita bisa melihat seseorang langsung dimatanya, mengangguk setuju dan mengeluarkan suara ““Uh huh” sementara pikiran kita ribuan mil jauhnya—membetulkan ayunan golf, jengkel dengan kontrak yang hilang, khawatir tentang laporan kemarin dari dokter, memburu harimau dipadang Afrika, merencanakan makan malam atau ratusan pilihan lainnya. Kita hanya memberi perhatian tiruan terhadap apa yang dikatakan, atau kita tidak memperhatikan sama sekali.
Mari kita hadapi ini, hampir semua dari kita lebih ingin bicara daripada mendengar. Kita menganggap mendengar itu selingan sementara dan tidak menyenangkan antara kesempatan mengatakan apa yang ingin kita bicarakan. Kita tidak mendengar apa yang orang lain katakan, tapi memikirkan apa yang akan kita katakan selanjutnya, baik mengherankan dan menghibur teman kita, atau membingungkan dan meyakinkan lawan kita. Hasilnya mungkin percakapan, tapi bukan komunikasi. Kita mungkin dalam suatu kelompok, tapi kita berfungsi sebagai tubuh. Tidak ada persekutuan sejati yang terjadi. Kita tidakbelajar mengenal satu sama lain lebih baik sehingga kita bisa melayani lebih efektif bagi kepentingan orang lain. Kita berdiri sendiri-sendiri dalam kelompok, setiap orang meminta ada yang mendengar dan peduli. Kita baru bisa berhubungan dengan orang saat kita mendengar. Kita akan membahas tentang percakapan dalam buku ini. Mari kita membahas tentang mendengar.

Halangan Untuk Mendengar

Mendengar adalah pekerjaan berat, itu harus diakui. Beberapa orang bicara sangat lambat sehingga kita ingin sekali menarik kata-katanya keluar dari mulutnya. Kita berpikir 5 kali lebih cepat daripada rata-rata orang bicara, dan itu menambah masalah dalam mendengar. Orang lain bicara begitu cepat sehingga melewati kata-kata mereka sendiri sehingga kita tidak bisa mengerti. Beberapa orang bicara sangat lembut sampai-sampai kita tidak bisa mendengar. Orang lain bicara begitu keras sehingga kita malu berada didekat mereka. Beberapa orang bicara tentang hal yang tidak relevan dan tidak logis. Orang lain bicara tentang hal yang tidak penting sehingga membuat kita bosan. Beberapa orang tidak serius dengan kata-kata mereka. Orang lain tidak tahu kapan berhenti. Diatas semuanya, mendengarkan bisa menjadi sesuatu yang sulit.
Sebagian besar dari kita bisa lebih peka terhadap orang lain saat kita bicara dan tidak menyalahgunakan bantuan mereka saat mereka memberi kita telinga untuk mendengar. Tapi orang ini juga yang paling sulit mendengar merupakan orang yang perlu menjadi pendengar, dan Tuhan mungkin meminta kita menjadi pendengar mereka. Ada beberapa hal yang tidak bisa kita lakukan, tapi setidaknya jika kita memiliki satu telinga, kita seharusnya bisa mendengar.
Salah satu halangan terbesar yang harus kita atasi untuk menjadi pendengar yang baik adalah pelatihan awal kita dan kebiasaan. Sebagai anak-anak, kita mungkin disuruh diam, berhenti memotong, disuruh pergi karena mama dan papa tidak punya waktu mendengar. Dan kita akhirnya memiliki pemikiran bahwa orang dewasa tidak mendengar. Penyelidikan terhadap sekolah anak-anak menunjukan bahwa mendengar semakin menurut setiap kenaikan kelas. Kelihatannya semakin tua kita semakin tidak bisa mendengar.
Sepertinya juga semakin tua kita, semakin membiarkan diri kita terbagi oleh factor eksternal—orang-orang yang berjalan, bunyian, tekanan waktu, penampilan orang yang bicara atau tindakan mengganggu lainnya. Saya tidak ingat lagi bicara dengan orang yang bertanya setiap beberapa kalimat, “Kamu mengerti maksud saya kan?” Saya lebih memikirkan pertanyaan itu daripada apa yang dikatakannya.
Kadang mendengar bisa mengancam kita. Kita takut kalau kita mendengar kritik diri kita yang tidak mau kita hadapi, beberapa perubahan yang tidak mau kita lakukan, atau tuntutan yang tidak mau kita kerjakan. Kita mungkin mendengar suatu pemikiran yang bertentangan dengan beberapa pendapat kita sehingga kita lebih baik menyerah. Pertahanan terbaik kita adalah berhenti memperhatikan. Kita mungkin merasa itu mengambil terlalu banyak usaha untk mengerti apa yang dikatakan pada kita, jadi kita melarikan diri dan mematikan peralatan mental untuk mendengar. Terlalu bermasalah jika mendengar. Jadi kenapa pusing?
Kenapa pusing? Itu pertanyaan yang baik. Mari kita jawab.

Motivasi Mendengar

Jika saya mengusulkan satu alasan yang baik untuk membangun seni mendengar, itu bisa ditemukan dalam 1 John 4:7: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” Mendengar itu sangat penting dan perlu dalam menyatakan kasih. Kasih adalah memberikan diri kita dengan berkorban dan tidak bersyarat dalam memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan. Dan satu kebutuhan umum semua manusia adalah dimengerti. Kita ingin yakin kalau seseorang mengenal kita, peka untuk mengetahui apa yang terjadi dalam kita, merasakan apa yang kita rasakan dikedalaman keberadaan kita, dan tetap menerima kita dan peduli pada kita. Mungkin saja bagi setiap orang melakukan itu tapi hanya satu yang benar-benar mendengar. Dengan mendengar kita berkata, “Saya peduli terhadap kamu. Kamu cukup penting sehingga diberi waktu dan usaha untuk mengerti kamu.”
Jadi kita mendengar. Kita bisa mengatakan dengan mulut berulang kali, “Saya cinta kamu,” tapi itu tidak berarti kecuali kita mau mengesampingkan hal lain dan memberi diri kita untuk mengerti kebutuhan terdalam orang yang kita kasihi. Kasih sejati berfokus pada keuntungan yang lain daripada keuntungan kita, dan itu berarti mencoba mengerti mereka. Kita semua ingin dimengerti, tapi Tuhan meminta kita untuk memberi waktu untuk mengerti.
Beberapa suami dan istri merasa sangat tidak dimengerti. Mereka mencoba mengkomunikasikan pada pasangannya pikiran, perasaan, kebutuhan, keinginan dan harapan, tapi mereka sangat sedikit mendapat respin. Pasangan mereka disibukan dengan hal lain seperti surat kabar, televise, pekerjaan rumah, hobi, atau pekerjaan. Kemudian satu hari mereka bertemu seseorang yang benar-benar tertarik terhadap perkataan mereka, dan mereka mengijinkan diri terbawa kedalam hubungan yang intim. Pihak ketiga mungkin kurang menarik dari pasangan mereka, tapi itu tidak masalah. Mereka pikir mereka telah bertemu seseorang yang peduli dan itu yang paling penting bagi mereka. Itu dosa! Tidak ada pembenaran yang bisa membuat hal itu jadi benar. Itu membawa masalah baru dan sakit hati, biasanya lebih buruk dari sebelumnya. Tapi itu tidak masalah bagi mereka. Mereka sekarang merasa dikasihi, diterima, dan dimengerti, dan itu yang paling penting bagi mereka. Itulah kekuatan dari telinga yang mendengar.
Orang akan sering pergi kekonselor professional karena mereka tahu akan didengar. Mereka datang bukan untuk mendapat saran tapi untuk didengar dengan penuh perhatian dan tidak terbagi, seseorang yang bisa mengerti dan menolong mereka mengerti diri sendiri. Tidak masalah kalau konselor menghabiskan uang. Mereka perlu telinga yang mendengar dan mereka tidak mampun menemukannya dalam diri pasangan mereka atau orang Kristen lainnya.
Saya membaca tentang kedai kopi di San Francisco yang punya ruang kedap suara, dimana itu disediakan untuk seseorang yang mau mendengar. Bisnisnya bagus. Orang ingin bicara, menyatakan pendapat, memberi saran, solusi yang cepat. Tapi hanya sedikit yang memberi waktu untuk mendengar dan mengerti. Pengertian seseorang tidak hanya berarti setuju dengan seseorang. Itu artinya merasakan apa yang dirasakan, melihat situasi dari cara pandangnya, dan bersimpati dengan dia.
Inilah satu cara dimana tubuh Kristus bisa saling melayani. Tidak mungkin bagi seorang pastor memenuhi kebutuhan ini dalam hidup setiap jemaatnya. Tapi kita bisa melayani sesama dengan cara ini. Kita tidak memerlukan pelatihan yang besar untuk menjadi pendengar yang baik, menanyakan pertanyaan pengarah dan mendorong orang untuk bicara. Kita memerlukan hal ini. Melalui mendengar, kita bisa saling menanggung beban dan dengan demikian memenuhi hukum Kristus (Galatians 6:2). Melalui mendengar, kita bisa menunjukan kasih Kristus. Apakah anda ingin mencobanya? Jika mau, anda perlu tahu apa yang terlibat didalamnya.

Natur dari Mendengar

Rasul Yakobus memberikan pernyataan Alkitab tentang mendengar. “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (James 1:19). Dia baru memperkenalkan subjek dari Firman Tuhan, menekankan bahwa kita harus lahir baru melalui kebenaran Firman (v. 18), dan dia mendorong kita untuk menjadi pelaku Firman bukan hanya pendengar saja (v. 22). Jadi dalam konteksnya, ayat ini berkaitan dengan mendengar Firman Tuhan. Menutup mulut dan mendengar Firman Tuhan akan menjaga kita dari pembelaan diri atau mencela orang yang tidak setuju dengan kita.
Tapi dalam seruannya tentang Firman Tuhan, Yakobus menyentuh prinsip utama komunikasi antar pribadi yang baik. Lebih mendengar satu sama lain, dan lebih memikirkan sebelum kita menjawab akan menghasilkan lebih sedikit konflik dan kemarahan. Jadi cepat mendengar dan lambat bicara! Dengan kata lain, buatlah mendengar menjadi prioritas yang tinggi dalam hidup anda. Lakukan itu tanpa menunda, tanpa harus diminta; lakukanm itu dengan semangat dan antusias.
Melihat parallel antara mendengar Firman Tuhan dan mendengar sesama bisa sangat menolong. Penyelidikan Alkitab yang baik sangat baik untuk dimulai dengan mencari apa maksud Tuhan melalui perkataanNya, bukan arti yang ingin kita letakan. Mendengar yang baik juga sama. Tujuan kita adalah mengerti apa maksud orang lain melalui kata-kata yang mereka gunakan, bukan apa yang kita pikir itu maksud mereka atau ingin mereka memaksudkan itu. Kita punya kecenderungan alami memenuhi perkataan mereka dengan arti dan mewarnainya dengan latar belakan, pengalaman dan cara pikir serta pandangan kita, dan kita harus mengerti kecenderungan itu.
Sebagai contoh, Salomo mengatakan kalau rambut pengantinnya bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead (Song of Solomon 4:1). Itu artinya dia cantik. Bayangkan semampu anda sekelompok besar kambing dibukit dalam gerakan yang indah. Dia mengerti itu. Jika anda mengatakan hal ini pada istri anda sekarang, dia mungkin tidak akan bicara dengan anda selama seminggu. Dia ingin mendengarnya dalam kerangka sekarang dan membacakan semua hal mengerikan itu, kecuali dia mengerti gambaran Alkitab dan mau mendengar kata-kata anda dalam terang itu.
Mendengar yang baik tidak hanya mendengar kata-kata, tapi berusaha mengerti arti pesan yang dimaksud pembicara melalui kata-katanya. Kita mungkin mampu mengulangi dengan tepat setiap kata tapi tetap tidak mengerti artinya. Seekor burung beo bisa mengulangi kata-kata. Tapi beo tidak bisa menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik mendengar orang dan maksud mereka, dan membangun pengertian diantara mereka. Bukankah ini yang anda kehendaki? Bagaimana kita bisa cepat mendengar?
Berikan perhatian penuh. Yakobus mengatakan kalau kita harus mendengar Firman Tuhan. “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (James 1:25). Kata itu sepertinya secara literal berarti “membungkuk disamping.” Ada intensitas tentang cara kita menyelidiki FirmanTuhan. Kita juga perlu saling mendengarkan satu sama lain. Itu mungkin berarti kita tidak mampu mendengar dengan baik sementara menonton pertandingan bola, membaca surat kabar, membersihkan lantai atau membereskan ruang tamu. Perhatian penuh membutuhkan kontak mata. Jika kita melihat kehal lain, melirik jam atau membunyikan jari, kita memberikan kesan tidak tertarik terhadapa perkataannya. Seperti yang sudah kita ketahui, bahasa tubuh bicara lebih keras dari kata-kata kita. Apa yang orang ingin sampaikan pada kita cukup penting sehingga kita harus menyingkirkan semua yang sedang kita lakukan. Apa yang ingin istri sampaikan kepada suami bahkan sangat penting sehingga mengharuskan suami mematikan pertandingan, hal ini aneh bagi kebanyakan suami. Jika kita tidak bisa memberikan perhatian penuh pada saat itu, maka kita harus menetapkan waktu dimana kita bisa, dan menepatinya.
Perhatian penuh juga kita butuhkan untuk menjaga pikiran tidak melayang. Seperti yang kita lakukan terhadap Firman Tuhan, terus ada didalamnya (James 1:25), jadi kita harus mengamankan pikiran kita pada orang yang bicara pada kita dan memperhatikan apa yang dikatakan. Itu mungkin tidak mudah. Kita cenderung lebih tertarik pada hal yang menyenangkan. Tapi kita bisa mendisiplin diri untuk memperhatikan apa yang kita pilih. Membayangkan apa yang dikatakan orang, menempatkan diri dalam gambaran orang itu, atau mencoba merasakan apa yang dia rasakan bisa menolong kita merasakan pentingnya apa yang dia katakan, dan itu mempermudah kita berkonsentrasi mendengarkannya.
Jangan memotong. “lambat bicara” juga merupakan bagian penting dari mendengar dengan baik. Seringkali kita mengetahui apa yang akan dikatakan seseorang, jadi kita langsung kesana dan menyelesaikan kalimat itu untuknya. Sayangnya, kita bisa kehilangan maksud keseluruhan dan interupsi kita hanya semakin membingungkan masalah. Kita juga bisa cepat menyatakan ketidaksetujuan kita, atau menawarkan saran sebelum kita sepenuhnya mengerti masalah. Kita sebelumya sudah melihat kata Salomo. “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya” (Proverbs 18:13). Apakah anda pernah melihat poster yang berkata, “Jika ada satu hal yang saya tidak bisa tahan, yaitu seseorang bicara sementara saya memotong”? Itu mungkin menggelikan, tapi mencerminkan kenyataan menyedihkan dari cara pikir kita.
Kita juga bisa memotong dengan cara halus. Bahkan sesuatu yang kelihatannya tidak penting terlihat dari wajah kita, “Oh, berapa kali saya harus mendengar hal ini?” Komunikasi yang mencekam dan membangun kebencian suatu hari bisa muncul dalam konflik. Kadang kita memotong pembicaraan untuk melakukan sesuatu yang menurut kita penting, tapi sebenarnya bisa dilakukan lain waktu. Telepon mungkin memotong komunikasi dalam rumah lebih dari hal lain. Ada saatnya kita harus membiarkan itu tetap berbunyi, atau menjawabnya dengan mengatakan akan menelepon kembali, atau biarkan itu tidak tersambung. Jika Tuhan ingin kita saling mendengar, kita perlu menempatkannya dalam prioritas yang utama.
Mendengar tanpa membela diri. Beberapa dari kita lebih baik tidak mendengar karena kita sudah memutuskan hal yang akan dibahas, atau didalamnya ada kritik, atau tuntutan akan perubahan. Jadi kita memotong yang bicara, mengubah bahan pembicaraan, atau menunjukan pembelaan kita sebelum selesai bicara. Itu sulit menunjukan kasih Kristus. Seperti kita harus menjadi pelaku Firman bukan hanya pendengar saja, jadi kita harus menerima informasi baru dari orang lain yang berbeda dari pandangan kita, dan mau mempertimbangkan membuat perubahan yang Tuhan ingin kita lakukan. Dengan kata lain, kita harus mempertimbangkan melakukan itu seperti kita mendengarnya.
Kita semua memiliki cara pikir dan kebiasaan yang selalu kita lakukan. Kita yakin tidak ada cara lain selain cara kita, sampai kita ditantang oleh seseorang yang lebih yakin akan caranya. Dalam hubungan perkawinan uang merupakan wilayah pertengkaran yang umum. Istri percaya suami yang harus membayar tagihan, walau yang lain merasa istrinya bisa juga bertanggung jawab terhadap hal itu. Satu pasangan berpendapat setiap sennya harus disimpan, sementara yang lain merasa setelah membayar tagihan dan memberi pada pekerjaan Tuhan, bisa diterima kalau mereka memberikannya untuk hiburan keluarga. Mereka mungkin berdebat tentang hal yang sama selama bertahun-tahun, dimana pikiran terbuka dan sikap tidak membela diri bisa membawa penyelesaian.
Liburan merupakan salah satu wilayah perbedaan. Salah satu menyukai gunung sedangkan yang lain menyukai pantai. Salah satu menyukain camping sementara yang lain lebih suka tinggal dihotel dimana tempat tidur lebih nyaman dan airnya lebih hangat. Satu orang ingin tetap berjalan dan melihat apa yang akan terjadi, sementara yang lain ingin berhenti dan bersantai, tidak melakukan apapun. Semua cara untuk berbagi perasaan atau memberi alasan pilihan mereka disambut dengan kemarahan dan satu lembar alasan logis. Tapi ini bukanlah kasih Kristus. Kasih tidak mementingkan diri sendiri (1 Corinthians 13:5). Kasih tidak hanya mendengar orang lain tanpa terbagi, tapi juga peka terhadap perasaan mereka, mempertimbangkan pendapat mereka, terbuka terhadap apa yang mereka katakan, dan mau mempertimbangkan perubahan untuk kepentingan mereka. Itu menyatakan “saya peduli”
Jika kita tidak setuju dengan apa yang dikatakan, mungkin lebih baik minta kejelasan daripada langsung menyatakan perbedaan kita, dan jangan memberi jawab sampai kita mampu mengkomunikasikan pernyataan orang itu dengan memuaskan. Saat kita akhirnya bisa menyatakan kembali posisinya sehingga dia puas, kita bisa melihat perbedaan kita telah hilang. Mendengar dengan menanyakan dan meminta kejelasan juga bisa menolong kita menjaga kemarahan kita tidak meningkat, seperti kata Yakobus. Cepat mendengar dan lambat bicara juga lambat marah.
Katakan sesuatu. Sebagian suami terkenal kejahatannya karena tidak mau berespon sama sekali. Kita menjawab usaha istri untu berkomunikasi dengan diam. Walau istri yang diam merupakan spesies langka, ada beberapa yang seperti itu. Kita tahu kalau diam itu emas, dan ada saatnya 2 orang duduk bersama menikmati kebersamaan tanpa mengatakan apapun. Salomo berkata bahwa ada waktu bicara, dan ada waktu untuk diam (Ecclesiastes 3:7). Tapi diam padahal seharusnya bicara bisa membingungkan. Itu bisa ditafsirkan kemarahan, tidak setuju atau bantahan atau bisa juga, pengertian, penerimaan atau izin. Itu bisa berarti “Saya tidak merasa kamu pantas didengar,” atau hanya “Saya tidak tahu apa yang harus dikatakan.” Tapi itu juga bisa diterjemahkan “Saya tidak peduli apa katamu.” Dan itu menyakitkan. Katakan sesuatu agar orang lain tahu kita mendengar dan peduli.
Katakan sesuatu seperti, “Saya mengerti apa yang anda katakan.” atau “Saya menghargai itu.” atau “Bagi saya sepertinya anda …” dan simpulkan apa yang anda pikir maksud perkataan orang itu. Ini memberi petunjuk anda tertarik dan ingin mendengar lebih lagi. Dan itu juga kasih. Saat kita benar mengasihi satu sama lain, kita tidak harus diminta, “Siapa yang mendengar?” Akan jadi jelas kita saling mendengar, kita ingin saling mengerti dan damai dengan sesama, dan itu memuliakan Tuhan.